Jumat, Mei 15, 2009

FASHOBRUN JAMIIL

Cibubur, 15 Mei 2009

Jika kondisi badan sedang tidak sehat, fikiran ini agak sedikit sensitif dari biasanya. Mudah teringat akan hal-hal yang sudah lalu, hingga berpengaruh pada alam bawah sadarku. Hampir setiap kali aku tidur, selalu mimpi bertemu dengan orang-orang yang sudah meninggal. Sudah hampir 5 hari ini, aku sakit radang tenggorokan yang cukup parah. Sudah 3 hari ini pula aku terpaksa harus istirahat ditempat tidur saja. Rasanya kangen ingin bermain dengan anak-anak, tapi dilarang mendekati mereka, lantaran takut mereka ikut ketularan sakitnya.

Kemarin malam aku bermimpi bertemu dengan almarhum Bapak. Dalam mimpi ku itu, aku dibangunkan oleh seseorang yang tidak aku kenal ketika sedang tidur dikamarku, dirumahku dikampung, desa Kedawung Kec. Margasari. Ketika aku terbangun, orang itu hanya tersenyum saja kepadaku. Dan ketika aku lihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Kemudian orang yang membangunkan aku tadi mengajakku untuk keluar rumah.

“Mas rahman, ada titipan buat kamu”.
Begitu kata orang misterius dalam mimpiku. Kemudian dengan menggandeng tanganku, orang tidak dikenal itu menuntun aku keluar rumah. Dulu, ketika aku belm merantau ke jakarta, ada pohon jambu air didepan rumahku. Namun itu sudah ditebang oleh Bapak ketika aku lulus SMA, kira-kira tahun 1995. Ditebang karena kayunya akan dijual untuk dijadikan kayu bakar, dan uang hasil penjualan kayu pohon jambu itu digunakan Bapak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hai.

Ketika aku sampai didepan rumah, aku kaget bukan kepalang. Menyaksika pohon jambu air itu kini seakan-aka tumbuh kmbli seperti terakhir kali aku lihat sebelum ditebang.

“Koq pohon jambu ini masih ada..?, bukankah dulu sudah ditebang Bapak..?”.
Kata-kata itu spontanitas keluar dari mulutku.

Orang misterius tadi hanya tersenyum padaku. Lenganku masih digamitnya dan terus menuntun langkah ku mendekati pohon jambu air yang ada didepan rumah. Ternyata disana sudah ada sebuah motor honda bebek Astrea Prima baru.

“Ini motor siapa pak…?” aku bertanya kepada orang itu.
“Motor milik kamu” kata orag misterius itu singkat. Senyumnya tak henti-hentinya tersembul dari wajahnya.
“Motor aku..?, Dari siapa pak…?” masih dalam rasa heran dan penasaran aku bertanya lagi.

Orang misterius itu hanya menunjuk kearah jalan desa yang jaraknya kira-kira 15 meter dari halaman rumah. Disana sudah ada sebuah dokar –kereta kuda– dengan dikendarai oleh seorang kusir. Dokar itu ditarik oleh seekor kuda putih, kuda australi. Kuda itu besar dan tinggi, dengan perabotannya yang terbut dari perak. Duduk dibagian belakg seorang laki-laki berusia sekitar 60 an tahun, dengan memakai baju beskap warna putih dan mengenakan penutup kepala peci warna hitam, tampak seperti seorang priyayi. Lamat-lamat aku perhatikan dari tempatku berdiri, rasa-rasanya aku tidak asing dengan bapak-bapak yang duduk dibelakang dokar.

Subhanalloh...!!!, itu Bapak. Teriakku dalam hati. Spontan aku berlari mengejar dokar yang sedang behenti dijalan depan pekarangan rumahku itu. Sayangnya ketika aku berlari, kakiku tersandung sesuatu dan terjatuh. Saat itu pula, aku terbangun dari mimpiku tadi. Kulihat jam tanganku, sudah menunjukkan pukul 2 pagi.

Sejenak aku terduduk di tempat tidur, terpekur merenungi kejadian mimpiku tadi. Kemudian aku mengambil air wudlu, dan sholat tahajud. Aku berdoa, semoga mimpiku tadi pertanda baik bagiku. Sesudah sholat dan berdoa, karena mata ini tidak bisa dipejamkan kembali, kubuka tafsir Al-Qur’an Ibnu Katsir untuk selanjutnya kubaca. Aku membukanya sekenanya saja, asal buka. Tidak ada niatan khusus ingin membaca surat apa, sebagaimana biasanya. Anehnya, halaman yang kubuka tepat pada surat Yusuf. Kubaca ayat demi ayat dari ayat pertama surat Yusuf, kemudian arti latinnya, dan kemudian jika ada penjelasan, aku baca penjabarannya yang ada di foot note. Air mataku mulai bercucran ketika bacaanku sampai pada kalimat
“FASHABRUN JAMIIL”. Surat Yusuf ayat 18.

Ayat ini mengisahkan drama kehidupan seorang ayah –Nabi Ya’qub–, yang menanggung kesedihan yang teramat dalam ketika kehilangan seorang putranya yang sangat dicintainya –Nabi Yususf–. Nabi Yusuf yang dinistakan dan dibuang kedalam sebuah sumur oleh saudara-saudaranya lantaran mereka iri kepadanya. Aku sudah tidak bisa lagi melanjutkan bacaanku, karena tangis yang tidak bisa aku bendung lagi.

Anganku saat itu terkenang pada masa yang sudah lalu, ketika Bpak dulu masih hidup. Tepatnya tahun 1992, aku pernah marah sama Bapak, dan pergi dari rumah selama 3 hari. Lantaran aku minta dibelikan sepda motor Honda Astrea Prima waktu itu. Tapi bagaimana mungkin, untuk makan saja waktu itu Bapak musti ndadak nyari upahan gar bisa buat beli beras. Apalagi buat beli sebuah sepeda motor Astrea Prima yang waktu itu harganya sekitar 3 jutaan. Sebenarnya aku tahu dan sangat menyadari akan keadaan ekonomi keluarga. Tapi aku tidak mau tahu, pokoknya aku mau dibelikan sepeda motor baru.

Latar belakang kenapa aku minta sepeda motor pada waktu itu adalah karena kekecewaanku lantaran gagal, gugur dalam seleksi pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh Habibie Centre. AKu sudah berjuang dengan mengikuti berbagai tahap seleksi dan selalu lolos. Kini, tinggal satu seleksi penentun, screening test, gagal ku ikuti lantaran Bapak melarangku berangkat kejakarta, karena harus membantu mengurus Ibu yang menderita kanker rahim dan akan di Operasi di Rumah Skait DKT Purwokerto. Jadi aku lampiaskan kekecewaanku itu dengan memaksa meminta dibelikan sepeda motor baru, Honda Astrea Prima. Hingga akhirnya kekerasan hatiku mencair setelah pak Wahidin guru SMA ku waktu itu
–ketika tulisan ini ditulis, beliau anggota dewan di DPRD TK II Kab Tegal Fraksi PKS– memberikan nasehat dan memperingatkan aku.

Sebenarnya Bapakku sejak dulu sangat sayang padaku. Sejak kecil, apapun keinginan aku, selau beliau kabulkan. Andai saja keadaan ekonomi keluarga waktu itu berada, pasti Bapak akan mengabulkan permintaanku itu. Penyesalan itu terasa semakin menyesakkan dadaku, manakala ketika say telah menyadari kesalahnku, Bapak masih dengan berbesar hati mau memaafkan kesalahanku. Bapak masih tetap bersikp sabar dan lembut terhadapku, walaupun pastinya hatinya sangat terluka oleh karena sikap dan perbuatanku.

Rasa-rasanya, bagaimanpun aku berusaha memperbaiki perbuatanku waktu itu, rasanya belum bisa mengobati rasa sesalku hingga kini. Tapi Bapak sudah terlalu banyak berkorban untukku. Hingga azan subuh berkumandang, air mataku masih berlinang mengenang masa-masa itu.

Seusai melaksanakan sholat subuh, aku ingi tidur lagi. Berharap semoga bisa bermimpi lagi bertemu Bapak kembali. Sempat beberapa saat aku tertidur pulas. Kemudian terdengar pintu kamar ada yang menegtuk ngetuk. Setelah aku persilahkan masuk, ternyata, yang mengetuk pintu adalah istriku.

“Mas, ada tamu. Katanya dari dealer honda. Mau ketemu sama mas, mereka bawa sepeda motor” begitu kata istriku.
“Hah…?, siapa yang beli motor..?” aku bertanya pada istriku.
“Katanya Mama”.
“Mama..?, buat siapa..?”.
“Ya ngga tahu…, sudah sana temuin dulu tamunya”. Kemudian aku bergegas keluar kamar menuju ruang tamu. Sambil berjalan, kilihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
“Selamat pagi pak” seseorng dengan seragam AHM yang sudah berada diruang tamu menyapaku.
“Selamat pagi pak. Ada apa ya..?” aku menjawab sapaan orag tadi.
“Bapak yang bernama Arif Rahman Hakim..?” tanya orang itu.
“Betul, bapak sendiri dari mana..?”.
“Saya dari dealer motor honda pak, ini Saya ditugaskan mengantarkan sepeda motor atas nama bapak Arif”.
“Sebentar pak. Coba bapak cek lagi dengan seksama, Saya tidak merasa membeli sepeda motor”.
“Bu widyaswati pak, beli untuk atas nama bapak Arif”.

Subhanalloh…, hari itu aku benar-benar tidak habis pikir. Peristiwa mimpi semalam seakan-akan terulang kembali pagi ini. Mungkin ini adalah makna mimpiku semalam. Entahlah, ini faktor kebetulan atau memang arti dari tafsir mimpiku. Namun yang ada dalam benak dan angan-anganku adalah bayangan wajah Bapak yang sedang tersenyum kepadaku. Sekuat tenaga aku redam tangis yang hampir-hampir saja meledak. Dan ketika aku melangkah keluar rumah, memang benar, sebuah motor Honda Supra X 125 warna hitam sedag diturunkan dari atas bak mobil pickup oleh beberapa orang di halaman rumah.

“Mas…, ini telpon dari Mama” istriku sambil menyerahkan HP kepadaku.
Setelah aku terima, “Assalamu’alikum Mah” aku membuka salam. “Wa’alaikumsalam. Gimana..?, sudah datang motornya…?” suara Ibu mertuaku dari seberang sana.
“Sudah Mah…, maturnuwun”. Hanya itu yang bisa kuucapkan.


Tidak ada kata-kata lagi yang bisa kuucapkan selain rasa terimakasih dan syukur yang tak terhingga.
“Ya sudah.., kamu cepat sembuh ya..?, itu motor buat dipake ke kantor. Lebih irit dan bisa cepet nyampe rumah, gak kena macet. Mobilnya ditaruh dirumah saja ya..?. Gak usah pake mobil lagi. Macet dan boros”. Aku hanya mengiyakan apa yang dikatakan Mama kepadaku.

Dan setelah pembicaraan telephon itu berakhir, aku terduduk lemas di bangku teras depan sambil masih tidak percaya melihat sepeda motor baru yang sudah menjadi milikku.

Dalam hatiku bergumam “Ya Alloh…, semua ini adalah rahasia-MU. Keinginan itu terwujud disaat aku sudah tidak menginginkannya lagi”. Kembali…., airmataku menetes. Mengalir menghangati kedua pipiku. FASHABRUN JAMIIL………………….



“Wajaau ‘alaa qomiishihii bidamin kadzibin, qoola bal sawwalat lakum anfusakum amrona, fashabrun jamiil, Wallohulmusta’aanu ‘alaa maa tashifuun.” [QS. Yusuf:18]
Artinya:
Mereka datang dengan membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku*). Dan Alloh sajalah yang dimohon pertolongan-NYA terhadap apa yang kamu ceritakan”.
-------------------------------------------------------------
*).Menurut para ahli tafsir, maksudnya adalah; dalam hal ini, Ya’qub memilih kesabara yang baik, setelah mendengar cerita yang menyedihkan itu.